Minggu, 17 September 2023 14:59:00

Ini Alasan Mengapa Eropa Tak Banyak Gedung Pencakar Langit

Lanskap kota-kota di Denmark yang tidak banyak ditumbuhi gedung pencakar langit. F/Unsplash/KB

DUNIA,  - Di era modern, negara-negara di seluruh dunia berlomba membangun berbagai bangunan tinggi pencakar langit.

Selain menambah kesan maju, gedung pencakar langit menawarkan solusi lahan terbatas lantaran mampu menampung populasi tanpa memerlukan banyak ruang.

Meski dibangun dengan biaya cukup besar, bangunan tinggi ini menyediakan tempat tinggal dengan harga relatif lebih terjangkau dibanding rumah dengan pekarangan.

Namun, solusi lahan efektif ini tak begitu bergaung di benua Eropa.

Saat negara lain gencar menambah pencakar langit, benua biru ini justru cukup puas dengan tanahnya yang tak banyak "ditumbuhi" gedung-gedung modern.

Lantas, mengapa tak banyak gedung tinggi di Eropa?

Alasan Eropa tak punya banyak gedung pencakar langit

Pada pertengahan abad ke-20, tren pembangunan gedung pencakar langit menyebar ke Asia dan Timur Tengah, seiring pertumbuhan ekonomi dan urbanisasi yang pesat.

Dikutip dari Novatr (6/4/2023), Asia adalah benua dengan jumlah gedung pencakar langit terbanyak.

Kota-kota seperti Hong Kong dan Shanghai di China, serta Tokyo di Jepang bahkan memiliki beberapa gedung tertinggi di dunia.

Sementara kota-kota lain dengan jumlah gedung pencakar langit yang signifikan, termasuk New York City di Amerika dan Dubai di Uni Emirat Arab.

Dihimpun dari berbagai sumber, berikut alasan benua biru tak tertarik melahirkan banyak gedung pencakar langit:

1. Banyak bangunan bersejarah

Dilansir dari CEOWORLD Magazine (1/6/2022), hanya ada sekitar 218 gedung pencakar langit di seluruh Eropa.

Sekitar 68 persen di antaranya berada di lima kota besar, yakni London di Inggris, Paris di Perancis, Moskwa di Rusia, Istanbul di Turkiye, dan Frankfurt di Jerman.

Salah satu alasan keengganan Eropa akan pencakar langit adalah karena mereka memiliki bangunan kuno istimewa yang berdiri sejak ratusan tahun lalu.

Bagi para wisatawan, bangunan-bangunan yang telah ada berabad-abad lalu itu menjadi daya tarik utama untuk mendatangi benua biru.

Keberadaan bangunan modern dengan arsitertur amat berbeda sulit dikompromikan dengan gedung-gedung bernuansa kuno.

Jika digabungkan, negara-negara Eropa akan kehilangan identitas budaya, yang berdampak pada perubahan pandangan wisatawan akan kota-kota di sana.

2. Harga properti mahal

Dibandingkan dengan belahan dunia lain, harga properti di kota-kota Eropa cenderung lebih mahal.

Misalnya, daerah perkotaan seperti London, Paris, serta Berlin di Jerman, terpantau memiliki tingkat harga tanah dan bangunan tertinggi.

Belum lagi, peraturan bangunan yang ketat menyebabkan pembangunan gedung pencakar langit di banyak kota Eropa menjadi tantangan tersendiri.

Beberapa kota mempunyai peraturan masing-masing yang membatasi ketinggian suatu bangunan.

Pengembang pun harus mendapat izin khusus dan melewati proses persetujuan yang ketat sebelum mulai mendirikan suatu gedung.

Peraturan tersebut bukan hanya bertujuan melestarikan warisan arsitektur kota, tetapi juga membatasi jumlah lahan yang tersedia untuk pembangunan baru.

Biaya pembangunan gedung pencakar langit di Eropa dapat menjadi penghalang bagi para pengembang, sehingga mereka berpikir lebih praktis untuk membangun struktur yang lebih rendah dan lebih padat.

3. Kurang ramah lingkungan

Bangunan tradisional sering kali menggunakan material lokal yang lebih ramah lingkungan dibandingkan material untuk konstruksi modern bertingkat tinggi.

Bangunan kuno di Eropa juga dirancang agar selaras dengan alam sekitar, menggunakan strategi desain pasif seperti ventilasi alami untuk menjaga ruangan tetap nyaman.

Sebaliknya, bangunan bertingkat tinggi modern lebih mengandalkan sistem pemanas, pendingin, serta pencahayaan yang boros energi untuk mengatur suhu dalam ruangan.

Bukan hanya itu, sejumlah kota di Eropa juga merupakan kawasan padat penduduk dengan ruang terbatas dan pusat kota bersejarah yang sudah mapan.

Pembangunan gedung-gedung tinggi di kawasan ini memerlukan pembongkaran bangunan-bangunan yang sudah ada, sehingga memicu masalah baru terhadap struktur kota.

4. Konservasi arsitektur pascaperang

Perang Dunia II menyebabkan banyak kota di Eropa hancur, sehingga memerlukan rekonstruksi dan konservasi agar bangunan kuno masih dapat dinikmati.

Oleh karena itu, negara-negara di Eropa cenderung menekankan pemulihan yang berfokus pada pembangunan kembali bangunan bersejarah serta kawasan perkotaan menggunakan bahan dan teknis konstruksi tradisional.

Restorasi atau pemulihan arsitektur sebelum perang ini dipandang sebagai cara untuk melestarikan identitas budaya serta membangun rasa kebersamaan setelah trauma perang. (*)

Share
Komentar
Copyright © 2012 - 2024 riauone.com | Berita Nusantara Terkini. All Rights Reserved.Jasa SEO SMM Panel Buy Instagram Verification Instagram Verified