RIAUONE.COM, ROC, - Organisasi tempat berhimpinnya OKP (Organisasi Kepemudaan) semakin hari semakin marginal dan sibuk dengan dirinya sendiri, sehingga tidak bisa menyahuti aspirasi dan kebutuhan generasi muda. Berbagai isu diseputaran

 

pemuda lupa disikapi, baik itu masalah kualitas SDM Pemuda, pemberdayaan potensi kaum muda dan gerakan nyata untuk mengurangi kenakalan serta pengangguran produktif dikalangan pemuda. Apalagi jika terkait masalah rakyat dan bangsa ini. Lihatlah geliat dinamis bangsa, mulai dari zaman Orde Lama, Orde Baru dan Orde Reformasi kiprah KNPI tidak begitu mewarnai, kalaupun ada tidaklah sedramatis OKP yang berhimpun dibawahnya seperti kelompok Cipayung padahal KNPI adalah wadah berhimpunnya yang logisnya berisi pemimpin terhebat pemuda.

 

Kenapa semua ini terjadi karena KNPI hanya dijadikan aksesoris untuk menambah gengsi, memperbanyak riwayat organisasi dan tiket untuk bargaining jabatan atau meraih kekuasaan. Dulu zaman Orde Baru menjadi Ketua KNPI menjadi loncatan untuk masuk Partai dan jadi anggota DPRD atau jika birokrat mempermudah dapat jabatan basah. Akhir2 ini ditingkat pusat sampai daerah mewabah penyakit jabatan KNPI erat dengan anak, adik, keponakan dan keluarga penguasa. Walaupun sering kompetensi, kemampuan dan visi yang dibawa kering alias tak ada isi. Tak usah jauh-juah coba renungkan sebentar dan buka "mbah Google" amati Ketua KNPI siapa mereka, apa visi mereka dan apa yang mereka buat saat memimpin KNPI?

 

Bukan rahasia umum jawabannya karena ada politik tidak sehat dikalangan pemuda yang katanya adalah calon pemimpin bangsa. Selalu setiap Musda politik uang terdengar walaupun ibarat kentut tercium tapi sedikit susah diungkap. Budaya politik pengemis membuat semua kita ingin menghamba kepada Pejabat, berfikir para pejabat adalah dewa dan bisa menyulap "bim salabim maka KNPI langsung jadi organisasi hebat".

 

Jika kondisi ini dibiarkan maka kita bisa bayangkan nasib bangsa ini kedepan. Akan dipimpin oleh generasi latah, generasi hamba sahaya dan generasi yang lemah visinya. Saya habbul yakin budaya KKN akan meraja lela dan nasib bangsa jadi taruhannya. Saatnya KNPI dipimpin anak-anak muda yang punya idealisme, punya visi kebangsaan yang peduli pemuda, punya keberanian membawa reformasi ditubuh KNPI.

 

Memang tidak mudah dengan kehidupan yang semuanya diukur dengan uang, sering visi terbuang tapi disinilah tantangannya. Pemimpin besar tidak lahir dari jalan mulus dan memakai jalur khusus.

 

Pemimpin besar lahir ditengah peperangan, berdarah dan berkeringat bersama pasukannya bukan hanya duduk diatas meja. Sebagai pendiri KNPI Kabupaten Pelalawan dan diamanahkan dua periode menjadi sekretaris, sempat satu periode jadi Wakil Ketua KNPI Riau, saya mengajak adik-adik aktivis KNPI, mari bangun KNPI, mari kita berdasarkan dan kuatkan kiprahnya. Apa yang pernah kami lakukan saat awal mendirikan dan membesarkan KNPI dan Pemuda Pelalawan bersama Bang H. Safri Fasdaely bisa menjadi model, kami waktu itu bekerjasama dengan PT RAPP membangun komitmen pembinaan pemuda sebagai mitra bisnis dan juga banyak pemuda dibekali kemampuan melalui Vocational Training, dibidang pendidikan kita ambil bagian secara aktif dibidang peningkatan SDM, dimana saya sendiri duduk Sebagai Wakil Ketua Yayasan Pendidikan Bernas yang mengelola sekolah unggul Kabupaten Pelalawan, bersama bang Tengku Azmun Jaafar kita diskusi serius mendirikan Universitas Pelalawan dan sempat di SK-kan Bupati sayang sampai saya pindah keluar PT RAPP ide itu tak sempat terwujud. Mudah2an karya kecil kami bisa menjadi inspirasi untuk adik-adik berbuat lebih hebat. Kalau bisa tentunya kita mimpi KNPI dipimpin sosok ideal, orang kaya, pintar, memiliki kompetensi dan pengalaman serta punya Visi yang tegas. Tapi jika sulit maka pilihlah yang terbaik. (*).